Ingin sekali sebenarnya aku menyelesaikan lukisan suasana di perjalanan
waktu selama ini tentangmu menjadi cerita terpopuler dalam hidupku, namun aku
cukup kesulitan untuk berimajinasi, sesekali aku tak bisa menjamahnya , karena
warna indah di hatimu tampak memudar. Aku tak secara egois menerjemahkan
kenyataan, bukankah komunikasi kita sudah menggunakan bahasa jiwa yang berbeda?
Tahukah engkau kekasihku, di sepanjang musim ini aku mencoba menyibukan
diriku dengan berbagai pekerjaan, entah berapa gelas tiap hari kuminum kopi
kesukaanku, dan asap yang pengap selalu memenuhi kamar kerjaku di sepanjang
malam, semua ini sebenarnya bukan semata-mata aku memanjakan diriku dengan
kebiasaan lama, namun aku mencoba menghindar dari protes-protes dan setumpuk
pertanyaan dalam pikiranku yang sangat sulit terjawab oleh hatiku, bahkan aku
merasa seperti ada cekungan kecil di sudut hatiku, mungkin itu tempat luka
untuk bersembunyi, semoga ia tetap bersembunyi dan tertidur lelap.
Bahasa hati tidak etis dikatakan secara langsung, kekasihku, meski kita
tidak pernah membuat kesepakatan tentang norma dalam hubungan kita sebelumnya,
kendati aku memaksakan untuk kebaikanku sendiri, engkaupun tentunya akan
menafsirkan hal yang membuatku menghadapi kebingungan yang luara biasa, dimana
tak seorangpun bisa membantu menguraikannya menjadi keyakinan. Bukankah dari
beberapa bunga-bunga dan pepohonan yang sangat membutuhkan air di musim
kemarau, namun selalu bersabar dan tetap mencoba bertahan untuk tetap kuat,
kenapa mereka tidak mencoba memanjangkan akar-akarnya dalam keadaan tersulit?
Tentulah mereka masih percaya pada udara yang sesekali memberi kesejukan dan
harapan, dan memang kenyataannya tetap berdiri dan kembali memindai air di
musim hujan.
Aku mengatakan ini bukan perwalian dari permohonan hati, melaikan aku
mencoba memilin gaun kebenaran yang ujungnya sedikit sobek oleh kehendak waktu
di setengah perjalanan musim cinta. Sama sekali aku tidak menghadiahkanmu
kebingungan yang serupa kekasihku, aku sangat menghargaimu, aku lebih mengagumi
indahnya kejujuran ketimbang indahnya bukit-bukit yang melampaui batas pandang
mataku. Tidak mesti katakan rindu, kekasihku, selama rembang siangmu belum
mengharap senja ..!
Add caption |
Komentar
Posting Komentar